Permintaan Barang Mewah di Kalangan Konsumen Muslim
Posted in Guest PostsLifestyle and InspirationModest Fashion Around the World

Ketika fashion modest tampil di runway global pada tahun 2018, tampak seperti momen penting bagi industri ini. Merek-merek tampaknya siap untuk merangkul konsumen yang berpakaian sederhana. Namun, tiga tahun kemudian, kemajuannya lebih lambat dari yang diharapkan, dan merek-merek mewah masih berjuang untuk terhubung dengan konsumen Muslim.

Tantangan Mencari Mewah yang Modest

Bagi influencer TikTok Maha Gondal, mencari pakaian modest yang premium tetap menjadi tantangan. Wanita berusia 25 tahun ini memilih berbelanja dengan desainer independen seperti Daily Paper dan Louella daripada merek-merek mewah besar. “Sangat sulit untuk berbelanja sebagai seorang Muslim,” katanya, mencatat bahwa meskipun rumah mode mewah semakin beragam, mereka masih kekurangan dalam melayani konsumen Muslim.

Pasar Fashion Modest yang Berkembang

Pasar fashion modest semakin berkembang, memberikan peluang besar bagi merek-merek mewah. Dengan lebih dari 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia, pasar ini mencakup mereka yang berpakaian sederhana karena alasan agama, budaya, atau gaya. Industri fashion modest bernilai $277 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan mencapai $311 miliar pada tahun 2024, menurut laporan State of the Global Islamic Economy. Pasar utama termasuk Iran, Turki, dan Arab Saudi, dengan pertumbuhan cepat yang diantisipasi di negara-negara seperti Indonesia.

Pasar Baru untuk Pakaian Modest Mewah

Merek-merek mewah memiliki frontier baru untuk dieksplorasi, termasuk Kuala Lumpur dan Nigeria. “Kuala Lumpur, Malaysia, telah diidentifikasi sebagai hub potensial baru untuk barang-barang mewah. Nigeria juga menunjukkan potensi tinggi dengan populasi Muslim yang besar dan banyak individu berpenghasilan tinggi,” kata Aaliya Mia, associate senior di DinarStandard.

Kebutuhan Beragam Pakaian Modest

Para pemakai modest di AS atau Eropa sering memiliki preferensi berbeda dibandingkan dengan mereka di Timur Tengah atau Asia-Pasifik. Di Barat, fokus lebih pada fashion, jelas Mia. Maha Gondal, yang berbasis di Kanada, percaya bahwa merek-merek mewah utama dapat membuat dampak signifikan di pasar fashion modest Barat tetapi sering gagal dalam memasarkan kepada konsumen Muslim dengan tepat.

Penawaran Terbatas dari Merek Mewah

Sedikit merek mewah yang melabeli produk mereka sebagai “hijab” atau “penutup kepala,” meskipun menawarkan syal yang cocok. Dalam tiga bulan terakhir, hanya Louis Vuitton dan Dolce & Gabbana, bersama dengan pengecer multi-merek seperti Liberty dan Net-a-Porter, yang menyediakan produk secara eksplisit untuk konsumen Muslim. Namun, ketersediaan opsi penutup kepala meningkat sebesar 47% dari tahun ke tahun.

Kebangkitan dan Kejatuhan The Modist

The Modist, upaya profil tinggi untuk memasuki pasar modest wear mewah, tutup pada tahun 2020. Pendiri Ghizlan Guenez meluncurkan platform tersebut pada tahun 2017 karena frustrasi dengan kurangnya pakaian modest yang berkualitas dan trendi. Meskipun ada kegembiraan awal dan percakapan runway tentang hijab, merek-merek tidak mempertahankan minat mereka.

Memahami Konsumen Muslim

Model Somalia-Norwegia Rawdah Mohamed, yang berjalan di runway untuk Max Mara, memuji merek tersebut atas inklusivitasnya tetapi percaya bahwa merek-merek mewah perlu memahami konsumen Muslim dengan lebih baik. “Banyak merek bahkan tidak tahu perbedaan antara Ramadan dan Idul Fitri,” katanya. Akibatnya, banyak wanita Muslim beralih ke desainer lokal untuk pakaian modest yang berkualitas.

Pengecer Mengenali Kesenjangan Pasar

Pengecer mulai mengenali kesenjangan di pasar. Net-a-Porter telah memproduksi Ramadan Edit tahunan sejak 2017, dengan meningkatnya minat pada pakaian modest. MatchesFashion juga telah mengkurasi edit fashion modest, menampilkan desainer seperti Andrew Gn dan LA Collection.

Desainer Regional Merespons Permintaan

Desainer regional merespons permintaan yang meningkat. Di Praha, pakaian merek Talabaya milik desainer Mirka Talavašková menggabungkan budaya Barat dan Timur, menarik pelanggan di Timur Tengah dan Eropa. Di AS, merek SemSem milik Abeer al Otaiba, yang tampil di Ramadan Edit 2021 Net-a-Porter, menyeimbangkan ekspresi budaya dengan identitas kreatif.

Menavigasi Perbedaan Budaya

Pakaian modest bervariasi secara signifikan dari negara ke negara. Di Prancis, misalnya, hijab adalah isu politik yang sensitif. Koleksi kapsul modest tanpa variasi atau nuansa menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap konsumen Muslim, jelas konsultan fashion Nina Marston.

Desainer dari Timur Tengah

Abaya, elemen utama dalam fashion modest, telah mengalami transformasi dengan desainer mewah dari Timur Tengah yang meningkatkan desain dan pengerjaannya. Desainer seperti Hatem Alakeel dan Elie Saab telah mendefinisikan ulang abaya, menggabungkan elemen tradisional dengan keanggunan modern. Kreasi Hatem Alakeel dikenal dengan garis-garis kontemporernya yang ramping yang melayani wanita modern dan mereka yang menghargai pakaian modest klasik. Elie Saab, yang dikenal dengan gaun malamnya yang mewah, membawa kemewahannya pada abaya, membuatnya cocok untuk pakaian sehari-hari maupun acara khusus. Para desainer ini menetapkan standar baru dalam industri fashion modest, menggabungkan kemewahan dengan keaslian budaya.

Pendekatan yang Lebih Mendalam

Merek-merek perlu mengeksplorasi berbagai gaya pakaian modest untuk berkomunikasi secara efektif dengan konsumen Muslim dan menarik estetika serta nilai-nilai unik mereka. Pendekatan yang mendalam ini akan membantu merek-merek terhubung dengan pasar yang beragam dan berkembang ini.

Belum ada ulasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulailah mengetik dan tekan Enter untuk mencari

Keranjang Belanja
×